Selasa, 23 Juni 2009

Kan Kuperangi Selain Kau

Sungguh kan ku perangi selain-Mu

dan selama Engkau beri aku umur

Dan sungguh kan kujadikan perang

terhadap mereka terus menerus

Kan ku permalukan di hadapan manusia

Dan kan ku cabik-cabik kulit mereka dengan lisan ini

Matilah kalian dengan kegeraman kalian, karena Rabb ku tahu

Akan Rahasia kalian dan kebusukan hati

Allah-lah Sang Penolong dien dan kitab-Nya

Serta (penolong) Rasul-Nya dengan ilmu dan kekuatan

Sedang kebenaran adalah dinding yang tidak mampu

menghancurkannya seorangpun

walau kau kumpulkan jin dan manusia untuknya

(Ibnul Qayyim)

Senin, 22 Juni 2009

di jalanmu

Ku ikuti arah pandangan ke manapun kau pergi
tak seorangpun mampu menghalangi jalan yang ku lalui
aku heran mengapa ingatanku tertuju pada mereka
ku ajukan pertanyaan padahal mereka ada disisiku
mataku mencari padahal mereka ada di kehitaman mataku
hatiku merindu padahal mereka ada di antara tulang iga
jika mereka menghalangi agar aku tak memandangnya
mataku pun tak sudi lagi manusia
ku sebut Dirimu tatkala anak panah siap menghunjam
senjata-senjata yang lain juga datang berseliweran
ku sebut Dirimu tatkala tombak berlontaran
seperti lubang sumur yang di guyur susu hitam
betapa indah sebuah kesabaran
tatkala tak kulihat wajahmu yang menawan
jika suatu hari atau saat tertentu
dunia di jual, betapa tinggi haraganya
ku hampiri dirimu seakan kau ada dipelupuk mata
ku tapaki jalan sekalipun jarak jauh tiada terkira
ku lewati malam dari satu rumah ke rumah lain
ku raba setiap permukaan dinding ke dinding lain
mencintai tempat tinggal adalah sebagian dari cinta
yang lebih penting lagi adalah mencintai penghuninya


"Taman Orang Jatuh Cinta dan Memendam Rindu"
Ibnu Qayyim Al-Jauziyah -Rahimahullah-

Mother and Child


Oh little one your life is done
You'll leave me behind
I must go on.
The one to whom you belong
Has more rights than I
To such a pure soul
Which knows no guile
We were together for such a short while.

I'll never forget you
The hours we stayed, my tears touched your pain.
Your dim smile, weighs on my heart
A love between us - that no distance can part.

Your killers should know
They've waged war on your Maker
Your innocent blood, your gentle eyes
In hope and trust turned to the skies
Above which reigns the Knower of all
Who sees everything, and witnessed your fall.

Yet, stand they do, amidst guns and tanks,
Glorying in their might
But afraid of children, on they fight
How will they be, on a day sure to come
When the Knower of all, will see justice done.

But now, I leave your small body to rest
Back in the soil from which it was made.
I pat your grave lightly, silent tears fill my eyes
For I know that in peace you abide.

Little innocent one, who now knows no fear
all deeds that were done
Were filled with love, and the pure nature on which you build
Al Khafid, The Absheer, will see your rights fulfilled

With steady eye, and wary hand
I return and walk throughout the land
Over which so much hate and fear
Drives out justice, kills all that's dear.

In truth I'll abide
Step by step I'll obey
the rules of the Creator
Awaiting the day
I'll join you in peace as shuhada.
So wait now, my precious little one
For surely my time will soon be done.


~NN~

Selasa, 07 April 2009

Menjaga Lisan

Dalam Islam mengajak umat agar senantiasa menjaga lisan.
Dengan begitu, lisan menjadi selalu digunakan untuk sesuatu yang baik, tidak bertentangan dengan kehendak Allah ~Subhanallahu wa Ta'aala~.
Rasulullah ~Shalallahu 'alaihi wa Sallam~ bersabda:

"Lisan orang yang berakal muncul dari balik hati nuraninya. Maka ketika hendak berbicara, terlebih dahulu ia kembali pada nuraninya. Apabila ada manfaat baginya, ia berbicara dan apabila dapat berbahaya, maka ia menahan diri. Sementara hati orang yang bodoh berada di mulut, ia berbicara sesuai apa saja yang ia maui."

(HR.Bukhari-Muslim).

Sepenggal Doa Untukmu




Yaa Rabbi,...
Aku datang pada Mu dengan penuh kepasrahan
Ketika dihadapkan kepada pilihan terberat

Yaa Rabbi,...
Beri ketetapan hati untukku
Hati yang terbaik yang sama-sama kita lihat
Hati yang bukan saja menyejukkan dalam pandanganku
Tapi hati yang telah kau lihat sampai menembus relung kalbunya...

Allaah yang Maha Kuasa,
Maha melihat masa depan,
Maha mengetahui yang akan terjadi
Engkau jua yang mengetahui keinginan terdalam hatiku

Yaa Allaah,...
Jika mendambanya adalah kesalahan
dan merindunya adalah kekeliruan
Tolong jangan biarkan hati ini terbuai dalam keindahan fatamorgana semu...

Jika kesempurnaannya bukan untukku...
Tolong bawa jauh dari relung hati...
Hapuskan khayalan keindahan tentangnya
dan jangan biarkan aku terlena dalam keindahannya...
Gantikan aku dengan kesempurnaan yang sebenarnya untuk dia

Tapi, yaa Allaah,...
Jika kesempurnaanku adalah bersamanya
Beri aku kekuatan menentukan pilihan
Beri aku kesabaran dalam menjalani proses menggapainya
Jika dia memang untukku...
Jangan biarkan aku menyerah & terpuruk dalam belenggu masa lalu...

Smoga Kau ridhai kami untuk bersatu
Mengarungi sisa umur...
Menapaki jalan kearah Mu...
Dan melukis keindahan untuk dunia dan akhirat kami...

Tolong beri kesabaran yang penuh...
dalam melalui detik-detik waktu yang berjalan...

Amien...


Doa ini untuk seseorang yang telah mengingatkan tentang kekuasaan-Nya, menjadikan aku kembali merindukan cinta-Nya. Terimakasih atas semua yang pernah kita lalui...
Smoga Allaah slalu membimbing & membahagiakan mu...
Amien ...

[dudungdotnet]

Minggu, 05 April 2009

Pelaminnya Syurga, Maharnya Nyawa


Seandainya engkau tahu

Wahai kekasihku

aku bukanlah Sumayyah yang tangguh

merelakan anak, dan suami

mengejar kematian demi menghirup wewangian Firdausi


Kerana,

aku hanyalah seorang isteri

yang butuhkan cinta dan kasih sayang

yang memerlukan didikan dan tarbiyah

darimu yang bergelar suami


Tetapi,

ketika wanginya darah para syuhada dan

senandung cinta medan Jihad

membuatmu mabuk kepayang akan syurga

aku tidak lagi mampu menahan

keingananmu untuk meraih CintaNya

aku relakan cintaku tinggal disini

bersama permata-permata yang telah kau amanahkan

yang kelak akan kudidik

menjadi singa-singa yang gagah berani sepertimu

mengikuti jejak abinya yang tercinta

Engkau pergi dalam bentuk jasadi

Tetapi kau hidup dalam Ruh-ruh kami


"Syukran ya Rabb kerana kau memilihnya sebagai syuhada.."


Besarnya cintamu padaNya

Pada DeenNya

Mengalahkan secuil kasih dan cintaku ini

Kau pergi mencari mahar

Buat meraih pelaminan syurga nan indah

Nantikan aku wahai mujahidku

Nantikan aku sebagai bidadarimu


Kerana

Wanginya kasturi Firdausi

Mula merasuki jiwaku




Based on the true story of Ummu bakr, as Syahid (Insya Allah) Jamal Manshur wife. One of the Mujaheed Palestine.


by: mujaheedahwannabe

Sabtu, 04 April 2009

Menjingga menguasai abu - abu lalu menghapus semua ketidakjelasan pada bab hitam dan putih

Menjingga menguasai abu - abu lalu menghapus semua ketidakjelasan pada bab hitam dan putih, karena itulah lebih baik aku mati daripada harus mengalah kepada seonggok jamban perjudian bernama demokrasi.

Sungguh energi itu membuncah tak tertahankan. Pagi itu sayap revolusioner merangkak menaklukkan trotoar - trotoar yang membisu menyaksikan perjalanan ketidakadilan dari negeri berhala ini. Diskusi Ahad itu begitu menyentuh, pertanyaan ustad muda itu begitu menyentuh alam sadarku, pertanyaan yang pernah di ajukan Panglima Mujahidin Muhammad Al Fatih sebelum menyerang konstantinopel.


Siapa dari kalian yang sejak Aqil Baligh pernah meninggalkan sholat wajib walau hanya sekali silahkan duduk?

Tak ada satupun mujahidin yang duduk.


Siapa dari kalian yang sejak Aqil Baligh pernah meninggalkan sholat rawatib walau hanya sekali silahkan duduk?

Setengah dari pasukan Muhammad Al Fatih duduk.


Siapa dari kalian yang sejak Aqil Baligh pernah meninggalkan sholat qiyamulail walau hanya sekali silahkan duduk?

S
emua pasukan Muhammad Al Fatihpun duduk.

Namun dalam diskusi kecil itu, saya duduk dipertanyaan pertama ketika ustadz muda itu menyampaikan pertanyaan kepada ke seluruh peserta, bahkan semua peserta diskusipun ikut terduduk. Saya teringat suatu ketika lelah saya pernah membuat saya tertidur menembus Dzuhur dan terbangun di Azhar. Dan saya tetap lalai dalam sholat wajib saya..

Sungguh hati ini begitu malu, dan sejak itu saya berazzam untuk menjaga habis habisan sholat ini, menhidupkan habis - habisan sholat sunnah dan malam malam yang penuh keheningan. karena itulah alasan mendasar Islam tak kunjung bangkit hingga hari ini.
Kita adalah umat terbaik yang menjauh dari kitab suci kita ketika para Yahudi berjuang dengan memegang teguh kitab Talmud mereka. Kita yang selalu beramai - ramai berteriak kebangkitan Islam tapi tak pernah bersatu dalam melawan kaum kafir. Kitalah lapisan juang yang bergerak tidak hanya sendiri, berjamaah dalam konteks jamak namun tak pernah satu dalam hati kita.

Kita lebih lapang dengan ketakaklitan dan jumudnya doktrin abu abu antara rasional dan wahyu. kita yang menggugah klaim menjadi goresan kepastian. kita yang menyakini ketidakpastian menjadi hasrat menembus ketidakmungkinan yang pada hukum kepastian kitanya kita lebih yakin pada kompromi maslahat mayoritas daripada menahan gempa marjinal dari tekanan hipokritas yang terlalu munafik untuk mendengar bahasa nurani yang meledak.

Inilah jamaah yang menghamburkan uang ketika para Yahudi menghabiskan waktu mengelolanya. ini Umat 'terbaik' yang membuang buang uang ketika berlimpah ketika para Yahudi justru mengembangkan potensi modal dan pasar lalu kita hanya menjadi pecandu tembakau konsumerisme dari sayap kapitalis dan jenaka komoditas sosialis dari arsitektur bursa efek hingga konser amal.

Inilah jamaah yang mendefinisikan humanisme dan kemanusiaan dengan kesangaran wajah, bahkan terhadap saudara sendiri. Menari dalam retorika rekonsiliasi hingga racun solusi khilafah yang dirakit dalam lapisan peradaban yang tak kunjung bisa jujur pada kepalsuan. Suatu ketika Yahudi justru begitu apik mengemas teror dan kedzaliman dengan wajah kemanusiaan dan hak asasi manusia.

Dan hari itu, aku pulang membawa semangat dan potensi baru. sekuat tenagaku aku akan menolak untuk patuh pada robot ijtihad kualitas pempers dari energi alkaline dan pembenaran skeptis dan keputusasaan.

Membangun hari yang lebih baik, menatap masa depan bersama Allah dan RasulNya. Dengan atau tanpa label Harokah.. Revolusi sudah dimulai sejak Rasulullah -Shalallahu 'alahi wa Salam- mengumumkan Eksistensinya di Depan kabah dan mendapatkan anugerah marjinal selama 10 tahun berturut turut.

Maka ini adalah jiwa yang menolak menjadi pragmatis, seperti jati diri yang menolak eksis disetiap harokah yang merubah prinsip menjadi pragmatisme dari fakta pemutusan ukhuwah berlabel hukum asasi.

Insya Allah... tak ada alasan untukku duduk minimal dipertanyaan pertama, Insya Allah yang kedua dan ketiga dari Muhammad Al Fatih itu kelak. aku bersumpah demi Allah untuk menebarkan pesona Revolusi melalui ide spektakuler Lelaki anak Abdullah itu. Tak perlu lagi gelisah yang menjingga, tak perlu lagi nurani yang abu - abu..kini hanya tinggal hitam dan putih. kini hanya tinggal benar dan salah..ya pilihannya hanya dua Hidup Mulia atau Mati Syahid..menjadi berserah pada Tauhid atau munafik dalam pemurtadan Thaghut!

Ya Allah lihatlah kami telah memilih! dan kami akan terus menyampaikan..maka saksikanlah! harus ada perbaikan, harus lebih baik! Insya Allah!

-Thufail Al Ghifari-

Selasa, 24 Maret 2009

Terima Kasih Musuhku

Terima kasih, musuh...!

Engkau mengajariku bagaimana mendengar kritik yang pedas tanpa harus merasa galau. Engkau mengajariku bagaimana harus terus melangkah di jalan yang telah kutempuh tanpa ragu, meski kadang aku harus mendengar kata-kata yang kurang pantas atau tidak layak. Sungguh, ini adalah pelajaran yang sangat berharga. Pelajaran yang tidak bisa didapatkan secara teori, bahkan oleh seseorang yang telah berupaya dan berupaya. Sampai kemudian Allah mendatangkan orang lain sebagai pelatih, yang memaksa meneguk pil pahit untuk pertama kalinya, agar terbiasa untuk selanjutnya.

Terima kasih, musuh...!

Engkaulah penyebab lahirnya pendisiplinan diri; agar diri tidak hanyut oleh pujian para pemuji. Sungguh, Allah menjadikanmu sebagai penyeimbang. Agar, seseorang tidak tertipu oleh pujian, atau sanjungan orang yang berlebihan, atau ujub yang tidak pada tempatnya, dari para pengagum yang hanya melihat kebaikan dan kebaikan belaka. Berbeda dengan engkau! Engkau tidak melihat kecuali dari sisi lain. Atau, engkau sejatinya melihat kebaikan tapi engkau buat ia menjadi buruk.

Terima kasih, musuh...!

Engkau telah mencela lisan-lisan pembela kebenaran, menyerangnya, juga menentangnya, yang karenanya mengobarkan sikap pembelaan yang hebat.

Jika bukan karena nyala api yang membakarnya
Aroma harum kayu gaharu takkan ada yang tahu

Terima kasih, terima kasih! Engkau mempunyai kelebihan –sekalipun tidak engkau inginkan– dalam menciptakan iklim keseimbangan, juga obyektifitas sebuah pemikiran. Kadang, manusia meletakkan al-haq melampaui kadarnya. Dan engkau, menjadi penyebab ditegakkannya keseimbangan. Penyebab adanya evaluasi dan perbaikan. Maka, janganlah engkau diperbudak kemarahan atas sebab penolakanmu. Sebab seseorang, jika kepentingan telah masuk, tak dapat lagi melihat dan berpikir jernih. Yang tersisa hanya menolak dan menentang. Tak ada lagi ketenangan dan kehati-hatiaan dalam dirinya. Tak ada lagi kecermatan dalam memandang pendapat orang yang berbeda dengannya. Padahal, boleh jadi yang berbeda itu benar, meski hanya sedikit.

Terima kasih, musuh...!

Sungguh, Engkau telah mengasah semangat, menciptakan tantangan, membuka arena, dan menggelar kompetisi. Hingga setiap orang benar-benar terobsesi memenangkan dirinya, berambisi meningkatkan dirinya, tuk meraih kedudukan yang tinggi nan utama. Ya, berlomba adalah sunnah syar’iyah, adalah ketentuan Rabbani. Bukankah Allah berfirman, "Maka, pada yang demikian itu hendaklah manusia mau berlomba."

Tentu, kemuliaan sebuah perlombaan, didasarkan pada tata-cara yang mulia, tujuan yang benar, media yang sehat, serta rongga yang bersih.

Terima kasih, musuh...!

Engkaulah yang menempa kami untuk berlatih bersabar, berlatih tabah dalam menghadapi cobaan, dan berlatih membalas keburukan dengan kebaikan sekaligus penolakan.

Terima kasih, musuh...!

Ya, timbangan kebaikan seseorang kelak, kadang bukan buah dari amal shalih yang ia lakukan. Tetapi, ia buah dari kesabaran, buah dari bersikap baik, buah dari ridha atas ketentuan-Nya, buah dari bersikap memaafkan...

Musuhku..., aku sadar betul bahwa sebagian dari kata-kata ini membuatmu tidak berkenan, atau bahkan terasa menyesakkan hati. Tapi, sungguh saya tidak bermaksud membuatmu begitu. Sejujurnya saya katakan, engkau adalah teman sejati. Engkau adalah saudaraku seagama, sekalipun terdapat perbedaan pendapat di antara kita. Kalau saja kita mau melihat titik persamaan, cukup banyak yang bisa kita temukan.


oleh :Imam samudera