Sabtu, 04 April 2009

Menjingga menguasai abu - abu lalu menghapus semua ketidakjelasan pada bab hitam dan putih

Menjingga menguasai abu - abu lalu menghapus semua ketidakjelasan pada bab hitam dan putih, karena itulah lebih baik aku mati daripada harus mengalah kepada seonggok jamban perjudian bernama demokrasi.

Sungguh energi itu membuncah tak tertahankan. Pagi itu sayap revolusioner merangkak menaklukkan trotoar - trotoar yang membisu menyaksikan perjalanan ketidakadilan dari negeri berhala ini. Diskusi Ahad itu begitu menyentuh, pertanyaan ustad muda itu begitu menyentuh alam sadarku, pertanyaan yang pernah di ajukan Panglima Mujahidin Muhammad Al Fatih sebelum menyerang konstantinopel.


Siapa dari kalian yang sejak Aqil Baligh pernah meninggalkan sholat wajib walau hanya sekali silahkan duduk?

Tak ada satupun mujahidin yang duduk.


Siapa dari kalian yang sejak Aqil Baligh pernah meninggalkan sholat rawatib walau hanya sekali silahkan duduk?

Setengah dari pasukan Muhammad Al Fatih duduk.


Siapa dari kalian yang sejak Aqil Baligh pernah meninggalkan sholat qiyamulail walau hanya sekali silahkan duduk?

S
emua pasukan Muhammad Al Fatihpun duduk.

Namun dalam diskusi kecil itu, saya duduk dipertanyaan pertama ketika ustadz muda itu menyampaikan pertanyaan kepada ke seluruh peserta, bahkan semua peserta diskusipun ikut terduduk. Saya teringat suatu ketika lelah saya pernah membuat saya tertidur menembus Dzuhur dan terbangun di Azhar. Dan saya tetap lalai dalam sholat wajib saya..

Sungguh hati ini begitu malu, dan sejak itu saya berazzam untuk menjaga habis habisan sholat ini, menhidupkan habis - habisan sholat sunnah dan malam malam yang penuh keheningan. karena itulah alasan mendasar Islam tak kunjung bangkit hingga hari ini.
Kita adalah umat terbaik yang menjauh dari kitab suci kita ketika para Yahudi berjuang dengan memegang teguh kitab Talmud mereka. Kita yang selalu beramai - ramai berteriak kebangkitan Islam tapi tak pernah bersatu dalam melawan kaum kafir. Kitalah lapisan juang yang bergerak tidak hanya sendiri, berjamaah dalam konteks jamak namun tak pernah satu dalam hati kita.

Kita lebih lapang dengan ketakaklitan dan jumudnya doktrin abu abu antara rasional dan wahyu. kita yang menggugah klaim menjadi goresan kepastian. kita yang menyakini ketidakpastian menjadi hasrat menembus ketidakmungkinan yang pada hukum kepastian kitanya kita lebih yakin pada kompromi maslahat mayoritas daripada menahan gempa marjinal dari tekanan hipokritas yang terlalu munafik untuk mendengar bahasa nurani yang meledak.

Inilah jamaah yang menghamburkan uang ketika para Yahudi menghabiskan waktu mengelolanya. ini Umat 'terbaik' yang membuang buang uang ketika berlimpah ketika para Yahudi justru mengembangkan potensi modal dan pasar lalu kita hanya menjadi pecandu tembakau konsumerisme dari sayap kapitalis dan jenaka komoditas sosialis dari arsitektur bursa efek hingga konser amal.

Inilah jamaah yang mendefinisikan humanisme dan kemanusiaan dengan kesangaran wajah, bahkan terhadap saudara sendiri. Menari dalam retorika rekonsiliasi hingga racun solusi khilafah yang dirakit dalam lapisan peradaban yang tak kunjung bisa jujur pada kepalsuan. Suatu ketika Yahudi justru begitu apik mengemas teror dan kedzaliman dengan wajah kemanusiaan dan hak asasi manusia.

Dan hari itu, aku pulang membawa semangat dan potensi baru. sekuat tenagaku aku akan menolak untuk patuh pada robot ijtihad kualitas pempers dari energi alkaline dan pembenaran skeptis dan keputusasaan.

Membangun hari yang lebih baik, menatap masa depan bersama Allah dan RasulNya. Dengan atau tanpa label Harokah.. Revolusi sudah dimulai sejak Rasulullah -Shalallahu 'alahi wa Salam- mengumumkan Eksistensinya di Depan kabah dan mendapatkan anugerah marjinal selama 10 tahun berturut turut.

Maka ini adalah jiwa yang menolak menjadi pragmatis, seperti jati diri yang menolak eksis disetiap harokah yang merubah prinsip menjadi pragmatisme dari fakta pemutusan ukhuwah berlabel hukum asasi.

Insya Allah... tak ada alasan untukku duduk minimal dipertanyaan pertama, Insya Allah yang kedua dan ketiga dari Muhammad Al Fatih itu kelak. aku bersumpah demi Allah untuk menebarkan pesona Revolusi melalui ide spektakuler Lelaki anak Abdullah itu. Tak perlu lagi gelisah yang menjingga, tak perlu lagi nurani yang abu - abu..kini hanya tinggal hitam dan putih. kini hanya tinggal benar dan salah..ya pilihannya hanya dua Hidup Mulia atau Mati Syahid..menjadi berserah pada Tauhid atau munafik dalam pemurtadan Thaghut!

Ya Allah lihatlah kami telah memilih! dan kami akan terus menyampaikan..maka saksikanlah! harus ada perbaikan, harus lebih baik! Insya Allah!

-Thufail Al Ghifari-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar