Sabtu, 23 Agustus 2008

Siapakah Sahabat Kita

~~~

Dan (ingatlah) hari (ketika) orang yang zalim itu menggigit dua tangannya, seraya berkata:"Aduhai kiranya (dulu) aku mengambil jalan (yang lurus) bersama Rasul. Kecelakaan besarlah bagiku; kiranya aku (dulu) tidak menjadikan si fulan jadi teman akrab(ku)/ sahabatku/ kekasihku. Sesungguhnya dia telah menyesatkan aku dari al-Qur'an ketika al-Qur'an telah datang kepadaku.Dan syaitan itu tidak akan menolong manusia.
(QS. QS. Al-Furqan:27-29)

Seseorang itu sesuai dengan agama sahabatnya. Siapa yang menjadi teman dia, siapa yang menjadi sahabat dia, maka agamanya akan mengikut dan mempengaruhinya juga. Kalau tidak dia yang mempengaruhi, sahabatnya-lah yang akan mempengaruhinya.

Sabda Rasulullah ~shalallahu'alihi wasallam~:
Seseorang itu sesuai dengan agama sahabatnya. Maka lihatlah oleh seorang dari kalian siapa yang dijadikan sahabatnya.
(HR. At-Tirmidzi, Abu Dawud dan di hasankan oleh Syaikh Nashiruddin Al-Albani)
~~~

Selasa, 19 Agustus 2008

INTIFADHA

~~~


~~ INTIFADHA ~~

( PERJUANGAN RAKYAT PALESTINA )





“ Masalah al Quds bukan masalah

bangsa Palestina dan Arab saja. Namun permasalahan

umat Islam di manapun berada.


Al Quds merupakan kiblat pertama umat Islam

Bumi tempat lahirnya nabi-nabi pilihan

Kota ketiga yang diberkati,

Dimuliakan Allah serta

Menjadi arena jihad di jalan Allah


Kini al Quds telah dicaplok zionis yahudi la’natullah 'alaihim

Dan telah di-yahudi-kan, dibantai

Dan diusir bahkan masjid suci

Al Aqso akan mereka robohkan

Wahai umat Islam,

bangkitlah kalian

telah tiba saatnya untuk berjihad


Persenjataan perang ini didanai oleh uang kita

dalam gaya hidup konsumerisme

yang mereka paksakan kepada kita.

Saya bertanya pada Anda semua

Dengan nama Allah
 
Saya bertanya kepada Anda semua

Atas nama ribuan orang yang mati ditangan teroris-teroris itu

Pada 1948, 1967, 1973 di Dana, di Dir Tassin,

di Bahr al Bakar, di Jalur Gaza

dan al Quds?……..

Saya bertanya kepada Anda semua

atas nama orang-orang yang mati syahid

untuk kehormatan kita.

Saya bertanya kepada Anda

Atas nama seorang anak kecil

Bernama
Muhammad ad Durrah,

Yang syahid dalam pelukan ayahnya

Diterjang peluru-peluru



Dari uang yang telah kita sumbangkan bagi mereka.

Mau jadi apa Kita?…..


Kita memiliki mata

Yang tidak dapat kita gunakan untuk melihat?

Kita memiliki telinga

Tetapi tidak kita gunakan untuk mendengar?

Kita memiliki hati

Tetapi tidak lagi dapat merasakan.

Mereka telah menjadikan kita

Sebagai konsumen-konsumen yang buta

Yang rela membayarkan uangnya

Untuk mendanai persenjataan mereka

Untuk mendukung aksi terorisme mereka di dunia Arab dan Islam

Boikot mereka sekarang!!!!

Sekarang atau tidak pernah selamanya!!!….


Dunia Arab dan Islam harus bersatu

Agar menjadi kuat

Kembalilah kepada kami

Kembalilah dan siapkan persenjataan kita

Kembalilah dan bangunlah

ekonomi kita

Agar kita dapat menghancurkan mereka!!!

Allahu Akbar!!!!




( Dr. Yusuf Qordhowi )



Taken from:
http://ahsinmuslim.wordpress.com









~~~





Minggu, 17 Agustus 2008

Menghias Hati dengan Menangis

Oleh : Muhammad Nuh

"Andai kalian mengetahui apa yang aku ketahui, niscaya kalian akan sedikit tertawa dan banyak menangis." (HR. Bukhari dan Muslim)
Indahnya hidup dengan celupan iman. Saat itulah terasa bahwa dunia bukan segala-galanya. Ada yang jauh lebih besar dari yang ada di depan mata. Semuanya teramat kecil dibanding dengan balasan dan siksa Allah –Subhanahu wa ta’ala-.

Menyadari bahwa dosa diri tak akan terpikul di pundak orang lain
Siapa pun kita, jangan pernah berpikir bahwa dosa-dosa yang telah dilakukan akan terpikul di pundak orang lain. Siapa pun. Pemimpinkah, tokoh yang punya banyak pengikutkah, orang kayakah. Semua kebaikan dan keburukan akan kembali ke pelakunya.

Maha Benar Allah dengan firman-Nya dalam surah Al-An'am ayat 164.
"...Dan tidaklah seorang membuat dosa melainkan kemudharatannya kembali kepada dirinya sendiri; dan seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. Kemudian kepada Rabb-mulah kamu kembali, dan akan diberitakan-Nya kepadamu apa yang kamu perselisihkan."

Lalu, pernahkah kita menghitung-hitung dosa yang telah kita lakukan. Seberapa banyak dan besar dosa-dosa itu. Jangan-jangan, hitungannya tak beda dengan jumlah nikmat Allah -Subhanahu wa ta’ala- yang kita terima. Atau bahkan, jauh lebih banyak lagi.

Masihkah kita merasa aman dengan mutu diri seperti itu. Belumkah tersadar kalau tak seorang pun mampu menjamin bahwa esok kita belum berpisah dengan dunia. Belumkah tersadar kalau tak seorang pun bisa yakin bahwa esok ia masih bisa beramal. Belumkah tersadar kalau kelak masing-masing kita sibuk mempertanggungjawabkan apa yang telah kita lakukan.

Menyadari bahwa diri teramat hina di hadapan Yang Maha Agung
Di antara keindahan iman adalah anugerah pemahaman bahwa kita begitu hina di hadapan Allah –Subhanahu wa ta’ala-. Saat itulah, seorang hamba menemukan jati diri yang sebenarnya. Ia datang ke dunia ini tanpa membawa apa-apa. Dan akan kembali dengan selembar kain putih. Itu pun karena jasa baik orang lain.

Apa yang kita dapatkan pun tak lebih dari anugerah Allah yang tersalur lewat lingkungan. Kita pandai karena orang tua menyekolah kita. Seperi itulah sunnatullah yang menjadi kelaziman bagi setiap orang tua. Kekayaan yang kita peroleh bisa berasal dari warisan orang tua atau karena berkah lingkungan yang lagi-lagi Allah titipkan buat kita. Kita begitu faqir di hadapan Allah –Subhanahu wa ta’ala-.

Seperti itulah Allah –Subhanahu wa ta’ala- nyatakan dalam surah Faathir ayat 15 sampai 17, "Hai manusia, kamulah yang berkehendak kepada Allah; dan Allah Dialah yang Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha Terpuji. Jika Dia menghendaki, niscaya Dia musnahkan kamu dan mendatangkan makhluk yang baru (untuk menggantikan kamu). Dan yang demikian itu sekali-kali tidak sulit bagi Allah."

Menyadari bahwa surga tak akan termasuki hanya dengan amal yang sedikit
Mungkin, pernah terangan-angan dalam benak kita bahwa sudah menjadi kemestian kalau Allah –Subhanahu wa ta’ala- akan memasukkan kita kedalam surga. Pikiran itu mengalir lantaran merasa diri telah begitu banyak beramal. Siang malam, tak henti-hentinya kita menunaikan ibadah. "Pasti, pasti saya akan masuk surga," begitulah keyakinan diri itu muncul karena melihatamal diri sudah lebih dari cukup.

Namun, ketika perbandingan nilai dilayangkan jauh ke generasi shahabat Rasul, kita akan melihat pemandangan lain. Bahwa, para generasi sekaliber sahabat pun tidak pernah aman kalau mereka pasti masuk surga. Dan seperti itulah dasar pijakan mereka ketika ada perintah-perintah baru yang diperintahkan Rasulullah –Shalallahu’alayhi wa sallam-.

Begitulah ketika turun perintah hijrah. Mereka menatap segala bayang-bayang suram soal sanak keluarga yang ditinggal, harta yang pasti akan disita, dengan satu harapan: Allah –Subhanahu wa ta’ala- pasti akan memberikan balasan yang terbaik. Dan itu adalah pilihan yang tak boleh disia-siakan. Begitu pun ketika secara tidak disengaja, Allah mempertemukan mereka dengan pasukan yang tiga kali lebih banyak dalam daerah yang bernama Badar. Dan taruhan saat itu bukan hal sepele:
nyawa. Lagi-lagi, semua itu mereka tempuh demi menyongsong investasi besar, meraih surga.

Begitulah Allah –Subhanahu wa ta’ala- menggambarkan mereka dalam surah Al Baqarah ayat 214: "Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: ‘Bilakah datangnya pertolongan Allah?' Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat."

Menyadari bahwa azab Allah teramat pedih
Apa yang bisa kita bayangkan ketika suatu ketika semua manusia berkumpul dalam tempat luas yang tak seorang pun punya hak istimewa kecuali dengan izin Allah –Ta’ala-. Jangankan hak istimewa, pakaian pun tak ada. Yang jelas dalam benak manusia saat itu cuma pada dua pilihan: surga atau neraka. Di dua tempat itulah pilihan akhir nasib seorang anak manusia.

"Pada hari ketika manusia lari dari saudaranya, dari ibu dan bapaknya, dari isteri dan anak-anaknya. Setiap orang dari mereka pada hari itu mempunyai urusan yang cukup menyibukkannya." (QS. ‘Abasa (80): 34-37).
Mulailah bayang-bayang pedihnya siksa neraka tergambar jelas. Kematian di dunia cuma sekali. Sementara, di neraka orang tidak pernah mati. Selamanya merasakan pedihnya siksa. Terus, dan selama-lamanya.

Seperti apa siksa neraka, Rasulullah –Shalallahu’alayhi wa sallam- pernah menggambarkan sebuah contoh siksa yang paling ringan. "Sesungguhnya seringan-ringan siksa penghuni neraka pada hari kiamat ialah seseorang yang di bawah kedua tumitnya diletakkan dua bara api yang dapat mendidihkan otaknya. Sedangkan ia berpendapat bahwa tidak ada seorang pun yang lebih berat siksaannya daripada itu, padahal itu adalah siksaan yang paling ringan bagi penghuni neraka." (HR. Bukhari dan Muslim)

Belum saatnyakah kita menangis di hadapan Allah –Subhanahu wa ta’ala-. Atau jangan-jangan, hati kita sudah teramat keras untuk tersentuh dengan kekuasaan Allah yang teramat jelas di hadapan kita. Imam Ghazali pernah memberi nasihat, jika seorang hamba Allah tidak lagi mudah menangis karena takut dengan kekuasaan Allah, justru menangislah karena ketidakmampuan itu.


Wallahua'lam bisshawab

~(dinukil dengan beberapa perubahans)~

Senin, 11 Agustus 2008

Pelajaran dari Masjid Kandahar




Setelah shalat asar, salah seorang Mulla (Kyai atau Ustadz) yang sudah biasa mengajar di jami, masjid Kandahar duduk bersandar pada salah satu sudut masjid, kemudian beberapa puluh pemuda kelihatan berebutan untuk duduk mendekatinya. Setelah melihat murid muridnya duduk dengan tertib, Mulla itu berkata sambil menunjukkan sebuah kitab yang di bawanya: Saya membawa Kitab Sejarah Kandahar, dan hari ini kita akan membaca sejarah Mujahid bernama Usamah.

Lalu beliau memberikan kitab itu kepada salah seorang murid yang duduk di pinggirnya sambil menyuruhnya untuk membaca kitab itu dan memperdengarkan suaranya kepada seluruh teman temannya, pemuda itu menerima kitab itu dengan penuh semangat dan sopan, ia kelihatan bangga mendapat tugas itu dari Mulla. Lalu ia mulai membuka daftar isi Kitab, dan memilih sebuah judul yang bertulis kisah Kedatangan Usamah bin Ladin ke Afghanistan dan perjuangannya dengan Amirul Mukminin Mulla Muhammad Umar Mujahid. kemudian ia mulai membaca Basmalah dan puji pujian kepada Allah swt. Dan di teruskan dengan membaca buku itu dengan lantang:

Pada tahun 1417H pada bulan Muharram, Usamah datang ke bumi Kandahar, kedatangannya adalah karena ia terusir dari kaumnya di sebabkan ia tegas menolak untuk ikut menyembah berhala yang bernama Amerika, ia bertekad untuk memerangi Amerika tetapi ia tidak mendapat sambutan kaumnya kecuali hanya segelintir dari mereka, dan ada juga beberapa gelintir dari negeri negeri lain yang sudi untuk ikut bersamanya, tetapi mereka semua asing dan lemah, mereka tidak punya kekuatan untuk membela diri.
Kemudian Usamah mendatangi pimpinan pimpinan Qabilah-qabilah Arab, meminta mereka untuk membantunya dan memberi jaminan tempat tinggal baginya dan pengikutnya untuk mempersiapkan diri melawan kekuatan si Berhala Amerika.
Suatu hari ia mendengar bahwa hukum Islam di laksanakan di Sudan, ia mengirim utusan untuk menemui sang Raja umtuk meminta bantuan jaminan tempat tinggal baginya dan pengikutnya.
Sang Raja berkata "pintu kami selalu terbuka dan bumi kami adalah milik kita bersama .. datanglah sebagai tamu terhormat, tanamkan hartamu di sini dan jika kau sudi ikutlah bersama kami berjihad" (melawan pemberontak Sudan yang di ketuai oleh John Garang)
Usamah sangat gembira mendengar jawaban itu dan segera mempersiapkan diri untuk berhijrah ke negeri Sudan, kemudian ia tinggal di sana dan mendirikan berbagai Mu'askar (camp) dan melatih Mujahidin bersama pejuang dari kalangan tentara Sang Raja, dan mereka gembira di sana untuk beberapa waktu sambil membina negeri, jalan jalan di perbaiki, pasar pasar menjadi ramai, dan negeripun makin makmur.
Suatu hari berhala Amerika membentak Sang Raja dan berkata "keluarkan mereka dari negerimu !!"
Sang Raja menjawab "daulat tuan.. titahmu kami junjung tinggi, demi mencari ridho mu"
Sang Raja berbalik kepada Usamah seraya berkata: "Keluar dari negeri kami..!!!"
Usamah menajwab "Bukankah kita telah mengikat perjanjian untuk berjihad bersama?".
Sang Raja menjawab "ya..tetapi Jihad melawan John Garang dan bukan Amerika".
Usamah menjawab "Sejak dahulu aku berniat menghancurkannya dan teman temannya".
Sang Raja menjawab "tiadalah kami mempunyai kekuatan, keluarlah dari negeri ini".
Mulla memberi Isyarat kepada muridnya yang sedang asyik membaca untuk berhenti sejenak karena beliau ingin memberi sedikit keterangan, lalu Mulla berkata "Dalam hal Usamah, Sudan ternyata lebih takut kepada Amerika berbanding kepada Allah swt, dan ketika itu Sudan sempat kebingungan karena harus melepaskan harta Usamah yang telah banyak di tanamkan bagi perdagangan negeri itu, tetapi ketakutan Sang Raja Sudan kepada Amerika ternyata lebih besar dari kepentingan rakyatnya sendiri, hingga Sang Raja lebih memilih mengusir Usamah demi relanya sang berhala, walau Amerika tetap masih tidak rela kepada Sang Raja Sudan, karena Sang Raja enggan untuk turun dan di ganti oleh John Garang.
Kemudian Mulla berkata "Baik lah, teruskan bacaanmu nak..!!!"

Si pemuda yang tenggelam dengan keterangan Mulla tersentak dan bergegas mencari baris terakhir yang di bacanya tadi..lalu ia meneruskan bacannya Usamah terpaksa mencari siapa yang sudi menjamin dan menolongnya untuk menghancurkan sang berhala, lalu ia mendengar bahwa hukum Islam kembali di laksanakan di Kandahar oleh suatu kaum yang menamakan diri sebagai Taliban, mereka di pimpin oleh si pemberani bernama Mulla Muhammad Umar Mujahid yang di juluki sebagai sang Amir, lalu Usamah mengutus utusan kepadanya.

Amir Taliban berkata: "Mari kita angkat senjata, melawan pemberontak dan perampok perampok di negeri kami".
Usamah menjawab "Tujuan kami menghancurkan sang berhala".
Amir menjawab "Allahu Akbar, menghancurkan berhala adalah Hobi kami"
Usamah menjawab "Bukan sekadar hobi..tetapi demi Jihad Fi sabilillah"
Amir menjawab "Kami memang Manusia Jihad dan anak anak yang lahir bersama desingan peluru, Peperangan adalah ibu yang menyusui kami".
Usamah berkata "Sanggupkah kamu bersamaku memerangi Salib?"
Amir menjawab "Berperang dan berdamailah kepada siapapun yang kau kehendaki, berhubunganlah dengan siapapun yang kau kehendaki, ambil seberapa banyak yang kau kehendaki dari harta kami, kami pasti sabar dalam berperang dan berani melangkah kedepan, walau kau ajak kami mengharungi lautan benua untuk memerangi sang Berhala, pasti kan kami harungi bersamamu".
Usamah berkata "Tapi kau akan di tembak oleh seluruh kaum Arab dan Romawi dari busur panah yang sama",
Amir menjawab "Yakinlah bahwa semua itu tiada akan terjadi kecuali jika telah di izinkan oleh yang maha Menjadikan".
Usamah berkata "Tetapi sang berhala akan datang dan mengupah berbagai Kabilah untuk mebnghabisimu",
Amir menjawab "Allah pelindung kami, sedang mereka tiada memiliki pelindung".
Usamah masih belum yakin, dan berkata "Tahukah engkau bahwa sang berhala mempunyai bala tentara dan pedang yang sangat tajam? Mereka akan datang dan menguasai negerimu".
Amir menjawab "Ya kami tahu, tetapi kami tidak akan berkata seperti perkataan kaum Musa as. Kepada Nabinya 'Pergilah engkau (wahai Musa) berperang bersama Robbmu, dan kami akan tetap tinggal di sini' sungguh wahai Usamah kami akan mengawalmu dari kanan dan kiri, depan dan belakangmu, dengan harapan semoga Allah memperlihatkan kepadamu apa yang menyenangkan hatimu, sungguh negeri ini belum pernah di jajah oleh suatu tentara, pasti mereka akan lintang pukang lari- kecuali tentara Qutaibah".
Usamah berkata "Umat manusia akan berlepas diri darimu dan penduduk bumi akan meninggalkanmu sendiri",
Amir menjawab "Cukuplah bagi kami keberadaan Allah, dan jika ia sudi akan menyatukan kami dengan penghuni Firdaus di Langit".
Usamah berkata "Mereka akan memboikotmu dan membiarkanmu kelaparan",
Amir menjawab "Sesungguhnya Allah maha memberi Rezki dan maha mempunyai kekuatan yang besar".
Usamah berkata "Mereka hanya ingin menangkapku".
Amir menjawab "Tenanglah, mereka tidak akan menyentuhmu selagi mata kami belum tertidur".
Usamah berkata "Apakah kalian akan menjagaku sebagaimana kalian menjaga anak dan Isteri?".
Amir menjawab "Ya DemiAllah, bahkan mereka akan kami keluarkan dari rumah kami agar kau bisa tinggal di rumah kami, Darah harus di bayar darah, kehancuran pun begitu, Pukullah si berhala dan jangan lupa membaca Basmalah, pukullah..!!! akan kami korbankan anak anak dan ibu ibu kami, pukullah dan berlindunglah di belakang kami, biar leher kami mereka cekik asal lehermu selamat, teruskan pukulanmu semoga Rabbul Jabbar bersama kita".

Tiba tiba si pemuda berhenti membaca karena mendegar isakan dari Mulla, ia terkejut melihat Mulla telah menutupi mukanya dengan serban dan badannya bergoncang menahan isakan sambil terus menerus bertakbir, seluruh pemuda terdiam tanpa sepatah kata. Mulla mulai membersihkan matanya yang telah di penuhi genangan air, kemudian berkata : "Aku telah banyak membaca buku buku sejarah, tetapi aku belum mendapati suatu kaum yang lebih jujur dari mereka ketika menolong seseorang, kecuali kaum Aus dan Khazraj, para Anshar yang menolong Rasul saw. Lihatlah kubur kubur mereka di lereng lereng pegunungan Tora Bora, Shahikot, Kandahar dan Kabul sebagai bukti bahwa mereka benar benar pemberani.
Aku mendengar bahwa tentara Salib sempat menawan salah seorang dari mereka, kemudian ia di tawari agar memberi tahukan keberadaan Usamah yang bersembunyi dengan imbalan ia akan di bebaskan kembali dan di beri uang tetapi ia menjawab 'Demi Allah kalau Usamah bersembunyi di bawah telapak kakiku, aku tidak akan mengangkatnya untuk menunjukkannya kepadamu'" Kemudian Mulla kembali terisak, dan kali ini terdengar makin keras.. nampaknya Mulla sudah tidak bisa meneruskan pelajarannya lagi.. ia bangun meninggalkan kumpulan pemuda itu sambil terus menangis....


Rewrite @bumi ribath, Shafar


Rabu, 06 Agustus 2008

Sepucuk surat dari seorang Mujahid

~~

Sepucuk surat dari seorang Mujahid di peperangan fi sabilillah melawan kuffar di bumi Allah
Semoga dapat jadi inspirasi
 


Kepada Ukhti- ukhti Muslimah kami Tercinta

Ingin kami ucapkan beberapa kalimat ini kepadamu, di bawah desingan peluru peluru musuh, dan gelegar ledakan roket yang telah menjadi hiburan kami, Surat ini juga dari kami yang kini terpaksa meringkuk di balik jeruji besi hanya karena kami menyatakan bahwa ”Ilah Kami Adalah Allah”. Surat ini kami tujukan kepadamu Ukhti Muslimah… karena kau adalah permata, kau juga perhiasan mulia yang melengkapi keindahan ajaran Nabi -shalallahu'alaihi wa sallam- . Beberapa kalimat yang tulus keluar dari lubuk hati kami sebagai saudara yang melaju bersama ke arah yang satu. Demi menyelamatkan mu dari cakaran manusia serigala bermuka domba.

Ukhti Muslimah....!
Kami tidak akan membawa sesuatu yang baru, semoga kau tidak bosan mendengarnya.... walau rasanya sudah berkali-kali kami ingatkan bahwa tiada agama manapun yang lebih memuliakan wanita sebagaimana Islam. Jika kau masih tidak percaya, lihatlah pada sejarah .. apa yang di lakukan oleh penghuni zaman jahiliyah terhadap kaummu, bukankah mereka menguburkanmu hidup-hidup hanya karena takut jatuh miskin atau durhaka?

Bukankah engkau adalah yang paling banyak di perjual belikan bagai barang rongsokan sebagai hamba sahaya di zaman kerajaan Romawi ? Bahkan hingga kini..... di suatu zaman yang mereka juluki zaman kebebasan dan kemerdekaan, mereka teruskan tradisi itu, hanya saja,… kini mereka bungkus dengan kata kontes ratu cantik, yang berisi memperlombakan ukuran tubuh terbaik bagi para lelaki hidung belang. Entah apa yang mereka cari, betapa jauh mereka menghinakanmu, betapa buruknya gambaranmu di mata mereka, bagi mereka kau tidak lebih dari sekerat tebu gula segar, yang setelah manis sepah di buang.... Kemudian belum puas dengan itu mereka masih melolong bahwa Islam men-dzalimi hak-hak wanita...sungguh sebuah penyesatan dan pendustaan yang nyata.

Ukhti Muslimah....!
Usaha perbaikan dirimu adalah sebuah cita cita abadi, dan tujuan yang mulia, serta harapan seluruh Arsitek bagi proyek perbaikan umat. Karena mereka tahu, kunci perbaikan umat ini ada pada dirimu, jika dirimu baik, maka baiklah seluruh umat ini. Demi Allah..! Berpeganglah dengan tali ajaran agama ini, dan laksanakanlah segala perintahnya, Jangan sekali kali kau langgar larangannya, apalagi mempersempit hukum hakamnya, karena semua itu hanya akan lebih mengekang kehidupanmu sendiri, karena tiada keadilan yang lebih luas dari keadilan Islam terhadapmu dan kaummu, jika kau lari dari keadilan Islam, kau hanya akan menemui kedzaliman dunia kufur terhadap hak hak kehidupanmu. Berpeganglah sepertimana Umahatul Mukminin mencontohkannya dalam kehidupan sehari hari mereka, contohilah juga isteri-isteri para sahabat dan kaum Muslimin yang telah membuktikan nilai keindahan permatamu.

Ukhti Muslimah...!
Ketahuilah agama ini bukan hanya di mulut, tetapi ia menuntut adanya amal nyata, laksanakanlah perintah perintahnya dan jauhilah larangan-larangannya walaupun tanpa kalimat “jangan”. Sesungguhnya kamu tidak perlu pengakuan timur dan barat karena kemuliaanmu dan harga dirimu telah ada sejak kau di lahirkan, dan bagi kami wahai Ukhti Muslimah,.. kau lebih mulia dari sekadar makhluk yang tergoda gemerlapnya dunia dan jeritan pekikan mungkar yang di sifatkan dengan “suara keledai” (Qs. Luqman 19) oleh Sang Maha pencipta, kami tak rela melihatmu tenggelam dalam tipuan mereka yang selalu ingin menghinakanmu dengan berpura-pura memujimu tetapi melucuti pakaian dan menelanjangimu di depan mata jutaan bahkan milyaran manusia di dunia, mereka hanya menginginkan kehormatanmu sama dengan binatang yang sememangya tidak pernah berpakaian, mereka hanya menginginkanmu mencoreng coreng mukamu dengan polesan polesan yang merusak wajah alamimu yang indah hasil ciptaan yang Maha Indah, mereka hanya ingin menjadikanmu pemuas nafsu setan-setan berhidung belang. Mereka hanya ingin menjadikanmu bagaikan tong sampah yang hanya di isi dengan benih benih buruk dan tercela.

Demi Allah kami tidak rela. Karena bagi kami kau sangat berharga, bagi kami kau adalah pelengkap kehidupan duniawi dan Ukhrawi, maka besar jualah harapan kami padamu…

Ukhti Muslimah....!
Seorang Muslimah tidak pantas untuk menjadi keranjang sampah yang menampung berbagai budaya hidup dan akhlak yang buruk, apalagi budaya barat dengan berbagai kebiasaannya yang terlihat kotor dan menjijikkan itu. Seorang Muslimah harus mandiri dalam memilih cara hidupnya sendiri, tentu semuanya berangkat dari acuan “Firman Allah” dan “Sabda NabiNya -shalallahu'alaihi wa sallam-”. Seorang Muslimah selalu ingat bahwa pada suatu hari dahulu Rasulullah -shalallahu'alaihi wa sallam- pernah bersabda: “Barang siapa yang meniru (kebisaaan) suatu kaum, maka ia (termasuk) golongan mereka”. Maka ia sangat berhati-hati dan kritis dalam menentukan tatacara hidup, berpakaian, dan bermu`amalah.

Ukhti Muslimah....!
Engkau adalah puncak, kau juga kebanggaan dan kau juga lambang kesucian. Kau menjadi puncak dengan Al Qur`an dan kebanggan dengan Iman serta lambang kesucian dengan hijabmu dan berpegang pada ajaran agama ini. Lalu mengapa ada lambang kesucian yang malah meniru cara hidup yang najis

Bagi umat ini, Ibu adalah Madrasah terbaik jika ia benar benar sudi mempersiapkan dan mengajari serta mendidik generasinya. Kiprah seorang Ibu dalam membentuk generasi Umat terbaik dan Mujahid penyelamat serta pengawal hukum hakam Allah adalah sangat penting. Lihatlah para pahlawan kita, mereka yang telah membuktikan dengan nyataa keberanian dan keikhlasan mereka dalam memperjuangkan tegaknya kalimatullah...mereka semua tidak lepas dari sentuhan lembut para ibu yang dengan sabar dan tanpa bosan terus mendidik mereka untuk menjadi mahkota bagi agama ini. Sadarilah…

Kewajiban seorang ibu bukan hanya memilihkan pakaian yang sesuai bagi anaknya, atau memberikan makanan yang terbaik baginya, sungguh tanggung jawab ibu jauh lebih besar dari sekadar itu semua, karena itulah kami sangat memerlukan seorang Isteri atau ibu yang bisa mendidik anaknya dengan dien Allah dan Sunnah NabiNya -shalallahu'alaihi wa sallam-.

Kami memerlukan wanita yang bisa mengajari anak perempuannya untuk menutup auratnya dan berhijab dengan baik, serta mendidiknya untuk mempunyai sikap malu dan berakhlak mulia. Kami tidak sedikitpun perlu kepada wanita yang hanya bisa mendidik anaknya untuk bertabarruj dan bernyanyi serta menghabiskan waktunya bersama televisi dan film-film yang berisi “Binatang-binatang” yang di puja.

Kami juga tidak perlu kepada wanita yang hanya bisa membiasakan anak perempuannya berpakaian mini sejak kecil, di mata kami wanita seperti itu bukanlah seorang Ibu, tetapi ia lebih tepat untuk di sebut sebagai racun bagi kehidupan anaknya sendiri, ibu yang seperti itu tidak bertanggung jawab dan ia juga pengkhianat Umat dan agama ini serta men-dzalimi anaknya sendiri.

Kami memerlukan wanita suci yang bisa mengajari anak-anaknya taat kepada Rabbnya karena melihat ibunya selalu Ruku` dan Sujud. Kami memerlukan seorang ibu yang bisa memenuhi rumahnya dengan alunan suara Al Qur`an bukan alunan suara-suara setan atau namimah (menuduh/fitnah) serta ghibah (gunjingan/gossip) yang sangat di benci oleh Allah dan RasulNya, supaya rumahnya menjadi rumah yang sejuk dan tenang serta bersih dari unsur-unsur najis nyata atau maknawi.

Kami memerlukan wanita yang dapat mengajari anak-anaknya untuk selalu bertekad mencari Surga Allah bukan hanya mengejar kenikmatan harta dunia, kami memerlukan wanita yang bisa mengajari anaknya untuk siap melaksanakan Jihad fi Sabilillah serta menyatakan permusuhannya kepada musuh-musuh Allah, dan kami memerlukan wanita yang bisa mengajari anaknya untuk mendapatkan kehidupan abadi di sisi Rabbnya sebgai Syahid dalam perjuangan membela Firman Allah dan sabda Nabi -shalallahu'alaihi wa sallam-.

Ukhti Muslimah....!
Kami memerlukan wanita yang selalu mengharap pahala dalam melayani suami, hingga ia selalu taat dan menghiburnya serta tidak pernah sedikitpun ingin melihat wajah murung sedih sang suami. Kami memerlukan wanita yang selalu menjaga dien anak-anaknya sebagaimana ia selalu menjaga kesehatan mereka. Salam hormat dari kami....

Salam hormat dari kami Kepada wanita yang sukses menjaga hubungannya dengan Rabbnya. Dan dapat beristiqomah pada Diennya, dan mempertahankan hijabnya di tengah badai cercaan lisan mereka yang jahil.

Salam hormat dari kami.....

Kepada wanita yang selalu tegas menjaga dirinya dari ber-Ikhtilat (bergaul) dengan lawan jenisnya yang bukan muhrim, dan menjaga dirinya dari pandangan lelaki yang di hatinya masih ada penyakit dan lemah. Salam hormat kepada wanita yang selalu menjaga agar dirinya tidak menjadi pintu masuk bagi dosa-dosa dari berbagai jenis perzinaan.

Salam hormat dari kami..... Kepada wanita yang selalu sigap menutupi keindahan tubuh dan wajahnya dengan hijab tetapi selalu memperindah diri di hadapan sang suami tercinta. Ia tahu bagaimana menjaga dirinya dengan tidak bepergian sendiri agar tetap terlihat mulia bahwa ia adalah wanita yang terjaga.

Demi Allah, Ukhti ....
Wanita-wanita yang seperti itulah kebanggan ummat ini, mereka juga perhiasan masyarakat Islami, karena siapa lagi yang akan menjadi kebanggaan itu kalau bukan mereka?

Apakah wanita yang selalu mengumbar aurat lengkap dengan berbagai polesan Tabarruj dan potongan pakaian yang menjijikkan di tambah lagi cara berjalan yang meliuk liuk bagaikan unta betina itu? Ataukah wanita yang lisannya di selalu basahi dengan umpatan dan ghibah (gunjingan/gossip) serta namimah (menuduh/fitnah) yang keji?

Ataukah wanita yang waktunya habis di pasar-pasar malam dan Supermarket atau Mal?
Kehidupannya hanya untuk melihat harga ini dan harga itu, toh semuanya juga tidak terbeli.... bagi kami mereka adalah perusak kesucian Islam, mereka tidak pantas menyandang nama mulia sebagai “Muslimah” karena mereka justeru melakukan pembusukan dari dalam.

Ukhti Muslimah...!
Ingatlah bahwa kehidupan dunia ini hanya sebuah persinggahan, bersiaplah untuk meneruskan perjalanan ke negeri abadi, jangan sampai engkau lena…

Persiapkanlah bekalmu dengan memperbanyak amal sholeh, sebagaimana kau persiapkan dirimu dengan baik jika kau akan berangkat menghadiri pesta penikahan atau bepergian ke tempat teman atau saudaramu, kini kau pasti akan melakukan suatu perjalanan yang tidak dapat kau elakkan lagi, hari dan waktunya pasti datang...lalu apakah engkau telah siap..?? kau akan melakuakn suatu perjalanan yang membawamu hilang dari ingatan seluruh manusia, baik saudara atau sahabat, tetapi sebenarnya kau masih bisa mengabadikan namamu jika kau ingin melakukannya, tirulah apa yang di lakukan oleh Masyithah, atau Asiah (isteri Fir`aun), atau Mariam binti Imran, Ibu Nabi Isa -'alaihissalam- yang mulia, atau A'isyah binti Abu Bakar -radhiallahu'anha- . Yang telah membuktikan kepada dunia akan harga diri seorang wanita serta kejeniusannya.
Lihatlah betapa nama mereka harum dan kekal, namanya pasti kan sampai ke telinga orang terakhir yang terlahir di bumi ini nanti. Sebagai bukti bahwa sang pemilik nama juga sedang hidup kekal bahagia di Jannati Rabbil 'Alamin.

Tetapi coba bandingkan dengan mereka yang tertipu dengan gemerlap dunia, apalagi ia menjadi terkenal hanya karena ia terlalu berani mengumbar auratnya, atau ia berani memasang tarif yang tinggi untuk harga dirinya, apakah semua itu memberinya manfaat setelah mulutnya di penuhi dengan tanah di liang kubur? Berhati-hatilah… jangan sampai kau terjerumus pada jurang yang sama, hingga kau akan menyesal di hari yang sudah tiada berguna lagi arti sebuah penyesalan.

Ikhwanukunna Fillah,
Mujahid Fi Sabilillah



diambil dari artikel yang akupun lupa dari mana.. :D
dengan beberapa perubahan

[ afwan kalo ada kata2 yang kurang berkenan di hati..afwan... :) ]

~~